Senin, 10 Januari 2011

KENTANG BERBICARA DENGAN SEORANG PETANI SERAKAH


KENTANG BERBICARA DENGAN SEORANG PETANI SERAKAH
          Saudara-saudaraku. Konon ada seorang petani menanam banyak tanaman yang tumbuh tinggi dan kuat. Hasil panennya sepuluh kali lebih besar dari usaha yang pernah dilakukannya, tetapi dia tidak pernah memberi sedikit pun kepada orang miskin dan lapar atau kepada orang yang bekerja di lahannya. Sesungguhnya, karena hasil panennya lebih baik dari rata-rata, dia mematok harga yang sangat tinggi. Jika panennya buruk, dia terpaksa mematok harga yang rendah.
 Suatu hari bumi mengomelinya. ‘’Engkau hanya melakukan sedikit kerja, dan lihat betapa banyak aku berbuat untukmu! Namun, apakah engkau pernah membagi keuntunganmu? Tidak, engkau tidak pernah membayar para pekerjamu dengan cukup, dan engkau memungut keuntungan dari pelanggan-pelangganmu terlalu banyak.’’
Dan kemudian berkah bumi menjadi berkurang, dan pada musim tanam berikutnya, dimana seratus bibit seharusnya tumbuh, bumi hanya menghasilkan lima puluh saja. Tetapi petani itu masih menaikkan harganya, dan berkah yang diberikan bumi semakin berkurang. Selanjutnya, di musim berikutnya, dari lima puluh buah-buahan atau sayur mayur yang seharusnya tumbuh, bumi hanya menghasilkan dua puluh lima saja. Makin tinggi petani itu menaikkan harganya, semakin berkuranglah hasil bumi yang didapatkan. Akhirnya, dari semua pohon yang ada di lahannya, hanya dua pohon saja yang berbuah.
‘’Ini tidak adil!’’ keluh laki-laki itu. ‘’Aku telah berusaha begitu keras! Aku bekerja dengan sangat tekun! Mungkin tanahnya tidak begitu bagus. Mungkin bukan waktu yang tepat untuk memanen.’’ Dia kelelahan. ‘’Hampir tidak ada tanaman yang tumbuh saat ini. Betul-betul kerigian yang luar biasa!’’ dia mengeluh kepada setiap orang.
Kemudian sebutir kentang berteriak kepadanya, ‘’Hai manusia, kami tertawa saat melihatmu. Engkau hanya menanam sebiji kentang, tetapi engkau telah mendapatkan seribu kentang dalam panenmu. Tetapi, apakah pernah memberi sebanyak yang kami berikan? Engkau demikian senang, tetapi pernahkah engkau memberi sesuatu kepada si fakir miskin? Apakah engkau pernah merasa mengasihi orang-orang yang telah bekerja di ladangmu? Apakah engkau pernah menurunkan harga jual kepada seseorang? Tidak, justru engkau jual hasil panenmu baik kepada  orang kaya maupun orang miskin sepuluh kali lipat lebih mahal dari nilainya.
Kami tidak pernah mendengar orang mengatakan sesuatu yang baik tentangmu. Tidak seorang pun pernah mengatakan bahwa engkau memberi mereka sesuatu atau meningkatkan upah mereka. Kami hanya mendengar betapa besar keuntunganmu. Tetapi, meskipun engkau berlimpah keuntungan, engkau tidak pernah bermurah hati.
Pernahkah engkau katakan, ‘Ya Allah, Engkau memberiku karunia yang melimpah. Engkau telah memberiku demikian banyak?’ Pernahkah engkau menisbatkan keuntunganmu kepada Tuhan, hai manusia? Tidak, engkau tidak pernah melakukannya.
Lantas, ketika hasil panen dan keuntunganmu berkurang, engkau mulai meratapi, ‘Ini tidak adil! Tanahku tidak menghasilkan apa-apa. Tidak sesuatu pun yang tumbuh. Segala-nya tidak benar. Panenku begitu kecil, dan aku telah menderita kerugian demikian besar.’ Engkau bercerita kepada siapa saja tentang kisah sedihmu itu.
Ini adalah kejumudanmu, hai petani. Apakah engkau pernah melakukan sesuatu yang pantas? Buruh-buruhmu melakukan semua pekerjaan dan tetangga-tetanggamu membantu dengan memberi saran, sementara dirimu hanya bengong saja. Namun demikian, kami memberimu sepuluh sampai seratus kali lipat hasil panenmu. Tetapi pernahkah engkau menurunkan harga bagi orang miskin? Tidak. Dan ketika orang papa meminta sedekah kepadamu, engkau bahkan tidak pernah memberinya. Itu menyakitkan mereka, itu menyakiti kami, dan itu menyakiti bumi. Karena kebahagiaan kami berkurang, maka hasil panenmu jadi berkurang. Dan ini akan terus berkurang karena engkau tidak mngerjakan tanah dengan hati yang bersih. Pada akhirnya engkau tidak menyisakan apa pun, kecuali hanya bumi yang gersang. Inilah yang terjadi ketika engkau tidak membagikan derma. Inilah yang terjadi ketika engkau mengumpulkan segalanya untuk dirimu sendiri.
Hai petani, inilah karmamu. Engkau senang ketika semuanya berjalan lancar, tetapi segera bagian penenmu menurun, engkau mencaci-maki dan mengutuk bumi. Engkau tampaknya tidak dilahirkan sebagai manusia. Engkau mengambil segalanya untuk dirimu sendiri. Bahkan seekor gajah pun hanya mengambil bagiannya sendiri dan kemudian meninggalkan sisanya untuk yang lain. Gajah makan satu daun dan menyisakan yang lain. Ia makan sebutir buah dan meninggalkan sisanya untuk burung-burung. Tetapi engkau tidak meninggalkan apa-apa bagi siapa pun, dan karenanya pikiranmu tidak pernah puas selamanya. Sementara makhluk-makhluk yang lain puas, pikiranmu selalu menginginkan sesuatu. Engkau tidak pernah merasa cukup. Ini karena engkau tidak membuat orang lain bahagia sehingga pikiranmu merasa tidak puas.”
‘’Hai petani,’’ lanju kentang, ‘’panenmu akan menurun setimpal dengan amalmu yang menurun. Segera setelah amalmu meningkat, panenmu akan meningkat. Jika hatimu terbuka dan engkau memiliki kepedulian terhadap hidup orang lain, maka engkau akan memperoleh seratus tanaman sayuran bukannya sepuluh. Dan kalau panenmu semakin bertambah, engkau hendaknya menjualnya semakin murah.
Bumi adalah seorang ibu. Ia memberimu demikian banyak. Lihat betapa besar bumi memberimu hasil melimpah dari sebutir benih! Tuhan memberimu hasil panen ini agar engkau dapat membaginya dengan merata kepada orang lain, sedangkan engkau justru mengambilnya semua untuk dirimu sendiri.Renungkanlah hal ini! Lihatlah apa yang terjadi ketika engkau mengambil segalanya untuk dirimu sendiri? Kalau engkau mengubah sikapmu, maka bumi akan meningkatkan hasil panenmu lagi, dan semua kehidupan akan membuka hatinya untukmu.
Jangan mengeluh seperti ini, duhai petani. Jangan mengatakan bahwa engkau telah bekerja keras tetapi panenmu gagal. Pahamilah apa yang telah terjadi dan mohon ampunlah! Jika engkau dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan orang lain, maka kebutuhanmu akan terpuaskan.’’ Inilah yang dikatakan kentang kepada petani yang rakus itu.
Tuhan memberi kita begitu banyak. Ketika Dia memberi kita segenggam sesuatu, kita harus memberi paling tidak separo atau seperempat darinya kepada orang lain. Jika Dia memberi kita dua genggam, maka kita harus memberi satu genggamnya. Jika Dia memberi empat, maka kita harus memberi dua genggam. Jika kita membaginya dengan cara seperti ini, kehidupan kita akan dihargai, kebajikan kita akan dihargai, dan kita akan meraih ketenangan. Kita akan mengetahui kedamaian dalam jiwa dunia ini.
Jika manusia menyadari hal ini dalam setiap kehidupannya, jika dia peduli terhadap orang lain seperti halnya dia peduli terhadap diri sendiri dan menjalankan kewajibannya, maka bumi akan bahagia, pohon-pohon akan bahagia, binatang-binatang akan bahagia, dan semua hati akan menjadi damai dan sejuk. Selanjutnya dia akan mendapatkan kekayaan terpendam yang berasal dari kedamaian dan ketenangan itu. Tetapi jika hati orang lain terluka, hatinya juga akan terluka, dan akhirnya dia akan sedih. Cobalah renungkan hal ini. Berusahalah memikirkan hal ini. Berusahalah memahami apa yang dikatakan kentang kepada petani di atas.[1]            


[1]  Muhaiyaddeen, M. Rahim Bawa, ‘’Kebun Ma’rifat 1’’, Surabaya: Syafaat, hal. 203.
Read more »

TINGGALKAN ANJING ITU DI RUMAH

TINGGALKAN ANJING ITU DI RUMAH
          Marilah kita jalan-jalan. Lihatlah dua ekor anjing mengeram dan menggonggong satu sama lain. Mereka saling bermusuhan. Pemilik anjing-anjing itu membawa piaraannya itu berjalan-jalan, tetapi sekarang anjing-anjing itu bergulingan di atas tanah dan menggigit satu sama lain. Perkelahian itu mungkin akan berakhir dengan gigitan pada mata atau hidung mereka, bahkan putusnya telinga. Mereka bisa mengalami luka yang amat serius. Meskipun salah satu di antara anjing-anjing itu mengaduh, ‘’Oww, oww, oww!’’ dan berlari menjauh. Pernahkah kalian melihat kejadian ini?
          Kalian juga memelihara seekor anjing dalam diri kalian. Anjing ini dipenuhi sifat cemburu, iri, egois, sombong, terburu-buru, tidak sabar, dan tidak peduli orang lain. Jika engkau membawa anjingmu keluar ketika orang lain sedang berjalan-jalan dengan anjingnya, kedua anjing itu akan berkelahi dan engkau akan menghentikannya setelah keduanya penuh luka. Jangan menyalahkan anjing orang lain atas perkelahian itu. Perkelahian jiga bisa terjadi jika engkau melepaskan anjingmu. Jika kalian berdua meninggalkan anjing tersebut terikat di rumah, maka tidak akan ada perkelahian dan pembunuhan. Jadi tak satu anjing pun terluka.
          Ini disebabkan anjing-anjing dalam diri orang itu menggigit dan mneyerang orang lain, dan anjing yang digigit balas menyerang. Manusia bukanlah musuh bagi manusia yang lain. Anjing-anjing yang ada dalam diri merekalah musuh-musuh itu. Anjing-anjing itu menggonggong, ’’Ia telah menyantap makananku. Ia telah mengambil milikku. Ia mengganggu!’’ Ketika orang-orang membiarkan anjingnya berlari bebas, akan terjadi banyak perkelahian dan setiap orang terluka. Kemudian semua anjing itu berlari menjauh, dengan ekor terselip di antara kaki mereka.
          Karena itu, tinggalkanlah anjingmu dalam keadaan terikat di rumah dan keluarlah sendirian, sebagai seorang manusia. Jadi tak akan ada seorang pun yang akan menjadi musuhmu, dan tak akan ada kejahatan yang akan mendatangimu. Tak seorang pun akan menyakitimu. Bukannya mendapat masalah, engkau justru memperoleh kedamaian dan ketenangan. Engkau harus merenungkan hal ini![1]


[1]  Muhaiyaddeen, M. Rahim Bawa, ‘’Kebun Ma’rifat 1’’, Surabaya: Syafaat, hal. 217.
Read more »

Cinta Sejati

CINTA SEJATI
          Apakah cinta mengharapkan pertolongan sebagai pamrih atas sesuatu yang telah kita lakukan? Jika kita mencintai seseorang karena menginginkan sesuatu, dapatkah hal itu disebut cinta sejati? Apakah kita mencintai Tuhan hanya untuk meraih surga? Tidak, itu tidak dapat disebut cinta sejati ketika masih terdapat dorongan pribadi di baliknya.
          Tuhan telah berkata kepada kita tentang cinta. Firman-firman-Nya terdapat dalam Taurat, Injil, Punaras, dan Al-Qur’an. ‘’Cintailah seluruh makhluk hidup. Perhatikan segala makhluk hidup. Bantulah semua makhluk hidup.’’ Banyak tokoh besar di sepanjang sejarah juga mengatakan demikian kepada kita.
          Bagaimana Allah SWT mencintai? Dia memperlakukan setiap ciptaan dengan adil dan menunaikan tugas-Nya kepada semua ciptaan itu. Cinta-Nya tidak mengecualikan seorang pun.
Tuhan memberi masing-masing dan setiap ciptaan tersebut sifat dan bentuknya sendiri-sendiri serta tempat baginya untuk hidup. Dia memperlihatkan kepada setiap ciptaan itu jenis cinta yang sesungguhnya dibutuhkannya. Ketika Dia menciptakan anjing, maka Dia memberinya sebuah tempat yang cocok dan memperlihatkan padanya jenis cinta yang dibutuhkan oleh anjing . Dia bahkan menciptan setan dan kemudian neraka baginya. Tuhan melindungi seluruh makhluk sebagaimana Dia memelihara kehidupan-Nya sendiri. Dia memiliki cinta yang sama bagi anjing, rubah, kucing, manusia, dan bagi semua makhluk.
          Tuhan tidak peduli jika seseorang mengatakan, ‘’Tuhan Ada,’’ atau ‘’Tuhan tidak ada.’’ Dia tidak peduli apakah seseorang menyembah atau mengutuk-Nya, apakah dia beribadah kepada-Nya atau tidak. Tuhan senantiasa memberi kepada setiap orang kedudukannya dan jenis cinta yang tepat baginya. Seperti inilah cinta Tuhan.
          Karena itu, jika seorang bijak tinggal di dalam sifat-sifat dan tindakan-tindakan Tuhan, jika dia melebur dalam cinta-Nya dan tenggelam dalam keadilan-Nya, maka tempat yang tepat baginya adalah di dalam diri Tuhan. Jika manusia bijak memiliki kearifan dan keyakinan, kepastian, dan ketetapan hati secara mutlak yang disebut iman, dan telah memahami Tuhan dengan sempurna, maka dia akan ditempatkan dalam perlindungan-Nya. Dia tidak akan terkena musibah, tidak berkeinginan, tidak berawal, dan tiada berakhir.
          Demikian pula, mereka yang menjauh dari Tuhan, akan mempunyai suatu kedudukan sesuai dengan keadaan mereka. Tetapi, di mana pun mereka, Tuhan akan senantiasa mencintainya. Mereka akan memperoleh cinta yang sama, sebagaimana Tuhan telah menempatkan di dalam diri-Nya Sendiri. Tuhan menunjukkan cinta kepada makhluk baik yang di luar diri-Nya maupun yang berada di dalam diri-Nya. Dia memberi kejernihan kepada mereka dengan kejernihan. Dia menunjukkan cahaya kepada mereka dengan cahaya, dan membantu mereka untuk memelihara cahaya itu. Dia menunjukkan kegelapan kepada mereka dengan kegelapan, dan juga menolong mereka. Dia menolong setiap makhluk sesuai dengan keadaannya. Dia tidak pernah menampakkan sifat pilih kasih. Tak ada kesalahan dalam diri-Nya. Cinta-Nya meliputi seluruh makhluk. Mereka semua mendapatkan cinta-Nya. Seperti inilah cinta Tuhan.
          Semoga engkau memahami hal ini. Jika engkau memahami, maka keadaan berada di dalam diri Tuhan akan menjadi milikmu dan engkau akan mengenal kedamaian. Sebelum engkau memahami hal ini, semuanya itu akan sulit bagimu.[1]



[1]  Muhaiyaddeen, M. Rahim Bawa, ‘’Kebun Ma’rifat 1’’, Surabaya: Syafaat, hal. 231.
Read more »

Minggu, 09 Januari 2011

Pengertian Perencanaan

Perencanaan
Pengertian Perencanaan
            Planning berasal dari kata plan, artinya rencana, rancangan, maksud, dan niat. Planning berarti perencanaan. Perencanaan adalah proses kegiatan, sedangkan rencana merupakan hasil perencanaan. Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan program yang di dalamnya memuat segala sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh, prosedur, dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan.[1]
            Ada berbagai macam definisi yang dikemukakan oleh ahli megenai perencanaan. Berikut ini beberapa definisi tersebut.
Newman mengatakan, Planning is deciding in advance what is to be done. Jadi perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan.
Louis A. Allen mengatakan, Planning is the determination of a course of action to achieve a desired result. Jadi perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Charles Bettleheim mengatakan, a plan consist of the totality of arrangement decided upon in order to carry out a project. Dia juga mengatakan bahwa setiap rencana terdapat dua elemen yaitu:
1. A project, that is an end which one proposes to achieve, dan
2. The arrangement decided upon in order that this end may be achieved, that is the determination of the means.
Charles Bettleheim singkatnya berpendapat bahwa dalam setiap rencana terdapat dua elemen, yaitu tujuan dan alat yang perlu untuk mencapai tujuan itu.
Beisline menyatakan bahwa fungsi perencanaan member jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, apabila, di mana, bagaimana, dan mengapa. Tegasnya sebagaimana dikatakannya:
            “….perencanaan menentukan apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kualitatif) dan bila itu harus dicapai, di mana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa hal itu harus dicapai.
Koontz dan O’Donnel berkata, ”Planning is the function of a manager whuch involves The selection from among alternatives of objectives, policies, procedures, and programs.” Jadi perencanaan adalah fungsi seorang manager yang berhubungan dengan pemilihan dari berbagai alternative dari tujuan, kebijaksanaan, prosedur, dan program.[2]
Hayashi mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses bertahap dari tindakan yang terorganisasi untuk menjembatani perbedaan antara kondisi yang ada dan aspirasi organisasi.
Lewis dalam Jhingan mengemukakan adanya enam pengertian perencanaan yang dipakai di dalam kepustakaan ekonomi, sebagai berikut:

1. Banyak sekali kepustakaan yang hanya menghubungkan istilah perencanaan dengan penentuan letak geografis, factor, bangunan, tempat tinggal, bioskop, dan semacamnya. Kadangkala ini disebut perencanaan kota dan Negara atau seringkali disebut perencanaan saja.
2. Perencanaan hanya berarti memutuskan uang apa yang akan digunakan pemerintah di masa depan, seandainya ia memiliki uang yang dapat dibelanjakan.
3. Ekonomi berencana adalah ekonomi ketika masing-masing satuan produksi (atau perusahaan) hanya memakai sumber daya manusia, bahan, dan peralatan yang dialokasikan ke sana melalui kuota dan menjual produknya semata-mata kepada orang atau perusahaan yang ditunjukkan oleh pemerintah pusat.
4.. Perencanaan berarti setiap penentuan sasaran produksi oleh pemerintah, apakah perusahaan Negara maupun perusahaan swasta.
5. Di sini sasaran ditetapkan untuk perekonomian secara keseluruhan. Maksudnya untuk mengalokasikan semua buruh, devisa, bahan mentah, dan sumber daya lain Negara ke berbagai bidang perekonomian.
6. Kata perencanaan kadang-kadang dipakai untuk menggambarkan sarana yang digunakan pemerintah untuk memaksakan sasaran yang ditetapkan sebelumnya kepada perusahaan swasta.[3]







[1] M. Anton Athoillah, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: cv. Pustaka Setia, 2010, hal. 98.
[2]  M. Manullang, Dasar-darar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2008, hal. 39-40.
[3]  H. B. Siswanto, Pengantar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 42-44.
Read more »

Manajemen - Pengertian

Tinjauan Tentang Manajemen
            Manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.[1]
            Beberapa definisi manajemen menurut para ahli:
1. Ensiclopedia of The Social Sciences
Di dalam Ensiclopedia of The Social Sciences, manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diawasi.
2. Mary Parker Follet
Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
3. Thomas H. Nelson
Menurut Nelson, manajemen perusahaan adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan, dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan.
4. G.R. Terry
Menurut G.R. Terry, manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan usah mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

5. James A.F. Stoner
Menurut  James A.F. Stoner,manajemen diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan penawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasiuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Prof. Drs. Oei Liang Lie
Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan sumber daya manusia dan alam, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[2]
7. S.P. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah mengemukakan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
8. Harlod Koonts dan Cyril O’Donnel dalam bukunya Principles of Manajemen and Analyses of Manajemen Function menegemukakan bahwa “Management is getting things done trough people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct and control the activities other people”. Artinya, manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
9. Patterson dan E.G. Plowman, dalam bukunya Business Organization and Management, mendefinisikan manajemen sebagai berikut: “Management can of defined as technique by means of which the purpose and objectives of particular human group are determined, clarified, and affectuated”. Artinya, manajemen sebagai suatu teknik sehingga maksud dan tujuan dari sekelompok manusia tertentu dapat ditetapkan, dijelaskan, dan dijalankan.
10. Ralph Currie Davis dalam bukunya Fundamentals of Top Management, mendefinisikan manajemen sebagai berikut: “Management function of executive leadership anywhere”. Artinya, manajemen adalah fungsi-fungsi dari pimpinan eksekutif di manapun berada.
11. Peter F. Drucker dalam bukunya Management Tasks, Responsibility and Practies menyebutkan bahwa manajemen harus memberikan arah pada lembaga yang dikelolanya. Ia harus memikirkan misi lembaga itu, menetapkan sasaran-sasaran, dan mengorganisasikan sumber-sumber daya yang ada untuk tujuan-tujuan yang telah digariskan oleh lembaga tersebut.
12. Lawrence A. Appley, dalam bukunya Leadership on the job mendefinisikan manajemen sebagai berikut: “ Management is the art of getting things trough the effort of other people”. Artinya, manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.
13. John D. Millet dalam bukunya Management in the Public Service menyebutkan, “Management is the process directing and facilitating the work of people organized in formal group to achieve a desired end”. Artinya, manajemen adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan-pekerjaan yang terorganisir dalam kelompok formal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
14. H.R. Light dalam bukunya The Nature of Management menyebutkan, “Management is the body of knowledge about managing. Managing is the process planning, organizing, directing, coordinating, controlling, material machine and money so as secure the optimum achievement of objectives”. Artinya, manajemen adalah kerangka pengetahuan tentang kepemimpinan yang mencakup proses perencanaan, pengorganisasia, pengendalian material, mesin-mesin, dan uang untuk mencapai tujuan secara optimal.
15. Frans Sadikin menyebutkan, bahwa manajemen adalah proses untuk menciptakan, memelihara, dan mengoperasikan organisasi perusahaan dengan tujuan tertentu melalui upaya manusia yang sistematis, terkoordinasi, dan kooperatif. Proses penentuan asas-asas perusahaan yang menjadi batasan, pedoman, dan penggerak bagi setiap manusia dalam perusahaan sudah termasuk dalam pengertian manajemen.
16. Sondang P. Siagin dalam bukunya Administrasi Pembangunan menyebutkan, manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.[3]
17. Chester I Barnard dalam bukunya The Function of the Executive, mengakui bahwa manajemen itu adalah “seni” dan juga sebagai “ilmu”.Demikian pula Henry Fayol, Alfin Brown, Harold Koontz, dan Cyril O’Donnel, George R. Terry beranggapan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni.[4]



           



[1] H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: P.T. Bumi Aksara, Cet. 1, 2005), hal. 2.
[2] Agus Sabardi, Manajemen Pengantar Edisi Revisi ( Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001), hal. 3-4.
[3] Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: Pustaka Setia, Cet. 1, 2006), hal. 17-18.
[4] M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), hal. 4.
Read more »

 
Powered by Blogger